File:Ughawan Battu 3.jpg

From Wikimedia Commons, the free media repository
Jump to navigation Jump to search

Original file (1,890 × 2,518 pixels, file size: 4.31 MB, MIME type: image/jpeg)

Captions

Captions

Add a one-line explanation of what this file represents

Summary

[edit]
Description
English: In the culturally rich and diverse region of Coastal Lampung, specifically in the Bandar Enom Semaka area, which encompasses several sub-districts within Tanggamus Regency, Lampung Province, the indigenous population employs two distinct types of wedding invitations. The Ughawan Battu and official invitations are the two primary forms used in this region. The Ughawan Battu is a traditional invitation written in the Lampung Pesisir language, which is specifically addressed to traditional leaders, community leaders, and extended family members from both the bride's and groom's sides. In contrast, official invitations are more general, written in Malay or Indonesian, and are intended for the broader public, including colleagues or coworkers of the bride and groom who are not part of the Lampung ethnic group.

A distinct characteristic of Ughawan Battu is its unique function as an invitation to the extended family of the bride and groom to collaborate in the preparation of selimpok, a traditional Lampung dish consisting of sticky rice, thick coconut milk, and sliced shallots, typically served at significant events such as weddings and religious holidays. The process of preparing selimpok is referred to as "nyelimpok" or "nyelippok," which usually takes place the day before the wedding reception. The wedding reception itself typically occurs the day following the "nyelimpok" or "nyelippok" event, and two days after the "napai" event, which involves working together to prepare tapai ketan or tapai siwok for the wedding reception food.

In contrast, standard official invitations, written in Malay or Indonesian, only provide information on the time and location of the wedding reception without extending an invitation to participate in the "nyelimpok" or "nyelippok" event as seen in Ughawan Battu. Recently, official invitations have also been translated into English and Mandarin, reflecting the growing trend of migration both within and outside the region among the indigenous people of Lampung Pesisir from the Bandar Enom Semaka region.
Bahasa Indonesia: Ughawan Battu adalah salah satu jenis undangan pernikahan adat Lampung Pesisir yang ditujukan kepada tetua dan para pemimpin adat, tokoh masyarakat, serta anggota keluarga besar dari kedua calon mempelai.

Sebagai daerah yang berbilang kaum dan berbilang bangsa, terdapat dua jenis undangan pernikahan yang lumrah digunakan oleh masyarakat adat Lampung Pesisir di wilayah Bandar Enom Semaka yang mencakup beberapa kecamatan di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung saat ini. Kedua jenis undangan tersebut ialah Ughawan Battu dan undangan resmi. Perbedaan dari kedua undangan ini ialah Ughawan Battu adalah undangan adat yang ditulis dalam bahasa Lampung Pesisir dan ditujukan kepada para pemimpin adat, tokoh masyarakat, serta keluarga besar dari kedua belah pihak calon mempelai. Sedangkan undangan resmi adalah undangan yang bersifat umum, ditulis dalam bahasa Melayu atau bahasa Indonesia, dan ditujukan untuk masyarakat umum termasuk kolega atau teman kerja dari kedua calon mempelai yang pada umumnya bukan berasal dari suku bangsa Lampung.

Perbedaan lainnya ialah Ughawan Battu dimaksudkan sebagai undangan atau ajakan kepada keluarga besar dari kedua calon mempelai untuk bergotong royong membantu membuat selimpok, sejenis penganan adat Lampung yang terbuat dari beras ketan, santan kental, dan irisan bawang merah yang biasa disajikan pada acara-acara penting seperti pernikahan dan hari raya keagamaan. Kegiatan membuat selimpok ini disebut dengan "nyelimpok" atau "nyelippok" dan biasanya dilakukan sehari sebelum resepsi pernikahan berlangsung. Pelaksanaan resepsi pernikahan biasanya dilaksanakan sehari setelah acara "nyelimpok" atau "nyelippok", dan dua hari setelah acara "napai" (bergotong royong membuat tapai ketan untuk penganan resepsi pernikahan).

Undangan resmi yang bersifat umum dan ditulis dalam bahasa Melayu atau bahasa Indonesia hanya menyertakan keterangan waktu dan lokasi pelaksanaan resepsi pernikahan, tanpa adanya ajakan untuk ikut berkontribusi atau bergotong royong dalam acara "nyelimpok" atau "nyelippok" seperti yang terdapat pada Ughawan Battu. Belakangan ini, undangan resmi juga banyak dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris dan bahasa Mandarin, seiring dengan semakin lumrahnya budaya merantau baik ke luar daerah maupun ke luar negeri yang dilakukan oleh masyarakat adat Lampung Pesisir yang berasal dari wilayah Bandar Enom Semaka.
Date
Source Deo Bernedy Putra, S.Sos.
Author Deo Bernedy Putra, S.Sos.
Camera location5° 15′ 07.9″ S, 104° 58′ 26.42″ E Kartographer map based on OpenStreetMap.View this and other nearby images on: OpenStreetMapinfo

Licensing

[edit]
w:en:Creative Commons
attribution share alike
This file is licensed under the Creative Commons Attribution-Share Alike 4.0 International license.
You are free:
  • to share – to copy, distribute and transmit the work
  • to remix – to adapt the work
Under the following conditions:
  • attribution – You must give appropriate credit, provide a link to the license, and indicate if changes were made. You may do so in any reasonable manner, but not in any way that suggests the licensor endorses you or your use.
  • share alike – If you remix, transform, or build upon the material, you must distribute your contributions under the same or compatible license as the original.

File history

Click on a date/time to view the file as it appeared at that time.

Date/TimeThumbnailDimensionsUserComment
current06:48, 4 May 2024Thumbnail for version as of 06:48, 4 May 20241,890 × 2,518 (4.31 MB)Xiangliangzai (talk | contribs)Uploaded a work by Deo Bernedy Putra, S.Sos. from Deo Bernedy Putra, S.Sos. with UploadWizard

Metadata